Langsung ke konten utama

It's Just Another Plot Twist

Koas, di Indonesia memang menjadi momok yang sangat menakutkan bagi mahasiswa fakultas kedokteran yang belum melaluinya. Apalagi kalau mahasiswa kedokterannya dari China haha. Terus terang saja, di China aku belum pernah mendengar keluhan anak koas seperti anak koas di Indonesia yang cerita koasnya itu meme-able banget..

Sejak aku masuk NMU tahun 2015, China menjadi satu-satunya pilihan tempat koas. Namun, saat aku duduk di tahun ke-empat, NMU telah berafiliasi dengan salah satu rumah sakit di Indonesia, sehingga memungkinkan mahasiswa dari Indonesia memilih koas di negeri sendiri. 

Saat mengetahui adanya pilihan itu aku mulai berpikir harus memilih yang mana, memang sih kalau koas di China kita harus membaca rekam medis dan berdialog dengan pasien menggunakan bahasa mandarin, tapi aku percaya, setidaknya aku bisa sering-sering ke ruang operasi. Bisa menyaksikan operasi kecil maupun besar secara langsung apalagi menjadi asisten surgeon yang mungkin adalah pengalaman yang sangat langka bagi koas Indonesia. Selain itu juga, aku pasti akan lebih familiar dengan alat-alat dignostik yang canggih, teknologi-teknologi terbaru seperti robotic surgery, stem cell transplant, pemasangan pelat baja di tengkorak manusia, dan masih banyak lagi. China yang padat penduduk akan menghadirkan banyak pasien dengan penyakit yang lebih bervariasi pula, bahkan penyakit terjarang di dunia bisa kami temukan di China. Walaupun nantinya akan berbeda dengan sistem kesehatan di Indonesia yang lebih konvensional, tidak apa-apa lah, toh kan nanti untuk kembali ke Indonesia aku masih harus menjalankan proses penyetaraan. So it will be a win-win solution: aku akan koas di China dan menambah wawasanku tentang western medicine di luar Indonesia, kemudian pulang ke Indonesia, mengikuti penyetaraan untuk mempelajari sistem di Indonesia yang lebih konvensional dan minim alat. Point plus yang sangat banyak untuk aku yang rela kuliah sejauh itu bukan?

Rencanaku sudah bulat dan matang, I was ready for that. Semangat menyelesaikan mimpi di depan mata, semangat mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Tetapi, seperti belum puas menjungkir-balikkan aku pada situasi yang ekstrim, lagi-lagi takdir berkata lain untukku...

So here's the story..

Setiap tahun kami memang mendapat jatah liburan dua kali, Summer Vacation sekitar bulan Juli-September dan Winter Vacation sekitar bulan Januari-Februari. Aku selalu pulang ke Indonesia di setiap vacation karena... enam bulan sudah cukup membuatku nestapa merindukan orang-orang rumah. Lelahnya perjalanan China-Indonesia akan hilang disambut hangatnya pelukan mama, papa dan adik-adik saat tiba di bandara. Januari 2020 aku pulang ke Indonesia dengan semangat, lebih semangat dari biasanya karena mungkin ini akan jadi vacation terakhir, mengingat setahun kedepan aku harus menjalani koas di China selama satu tahun dan tidak akan mendapat jatah libur selama koas berlangsung sampai aku lulus. 

Seperti biasanya, momen kepulanganku selalu disambut meriah oleh mama, papa dan adik-adik. Melihat kegembiraan semua anggota keluarga setiap kali aku pulang membuat lelahku berjuang sendiri di tanah rantau terbayar tuntas, lantas dalam hati aku memang sering berdoa, "Ya Allah.. bisa nggak sih, kalau liburnya lebih lama?", "Ya Allah, kapan ya.. lebaran di rumah lagi?".

Aku sudah pernah bilang, kan.. Untuk hati-hati dengan ucapanmu, doamu, keinginanmu?

Then it comes the Covid-19 Pandemic yang memang sih, membuatku bisa lebih lama berada di rumah dan menghabiskan banyak waktu bersama keluarga, mengakhiri status "bang toyyib" ku juga karena akhirnya bisa lebaran bersama keluarga, tapi..... satu tahun lewat begitu saja tanpa aku melakukan apa-apa. Semua proses berhenti. Seharusnya aku sudah bisa berjalan maju menuju "coass life" yang aku impikan, namun karena situasi ini aku tidak bisa kembali ke China, I was stuck at this jam with no exact ending. It was all because of the stupid f*ckin pandemic

Selama 10 bulan aku melewati masa denial, menyangsikan takdir, menyalahkan keadaan, merasa menyesal dengan keputusan sendiri. Sudah panjang dan memakan waktu proses normalnya, masih ditambah masalah ini pula. Menunggu sampai kapan agar bisa kembali ke China dan melanjutkan proses ini? Pandemi inipun seperti tidak ada akhirnya. Mengapa mengejar cita-cita yang mulia harus sesulit ini? Aku jadi malas keluar rumah, tidak tertarik dengan hal-hal yang biasanya aku suka. My life felt so miserable. Sampai akhirnya aku berada di titik "ya sudahlah..", dan mulai mengikhlaskan apa yang telah dan sedang terjadi. Mengumpulkan sedikit demi sedikit pengertian bahwa, kita hidup di dunia sudah ada yang menjamin, kan? Jadi untuk apa kita terlalu banyak khawatir akan masa depan yang sudah dijamin oleh Sang Pencipta. Toh, bukankah setiap peristiwa adalah pengalaman tak terlupakan bagi pemainnya?

NMU tidak menyetujui adanya koas online, jadi rasanya memang benar-benar tidak ada jalan selain menunggu keajaiban Tuhan mengusir virus ini dari muka bumi. Aku pasrah, sepasrah-pasrahnya. Kuserahkan semua kepada Tuhan Yang Maha Esa. Aku tidak mau memikirkan koas lagi, aku mendistraksi pikiran dengan mengikuti banyak bimbingan online materi-materi kedokteran atau yang sering disebut webinar. Melakukan hal-hal baru yang belum pernah aku lakukan sebelumnya. 

Di titik paling pasrah dalam hidupku, Tuhan memberi sebuah jawaban lain. Memang super melenceng dari rencana awal yang sudah kususun dengan indah, namun jawaban ini sepertinya baik untuk situasi saat ini. Pilihan ini akan save my time from being wasted. Januari 2021, kami mendapat kabar bahwa Rumah Sakit di Indonesia yang berafiliasi dengan NMU sudah mulai menerapkan koas offline, sehingga kami diperbolehkan untuk melakukan koas di rumah sakit tersebut daaaan proses merajut mimpi itu will be back on track! Alhamdulillah......

Semangatku kembali hingar bingar. Dari peristiwa ini aku belajar bahwa miracles always come when you least expect it, so never lose hope. Walaupun harus kehilangan mimpi "belajar menjadi dokter dari dua sisi (modern dan konvensional)", semua ini kehendak Tuhan, aku yakin akan ada sebuah hikmah baik di ujung cerita ini. Mengapa Tuhan melahirkan virus ini ke dunia.. Mungkin tidak akan bisa aku pahami sekarang, namun sepuluh atau dua puluh tahun mendatang. 

Begitulah cerita awal mulanya, bagaimana seorang aku akhirnya memutuskan untuk koas di Indonesia, semata-mata untuk menggunakan waktuku agar tidak terbuang begitu saja. And little did I know, koas di Indonesia is another track to hell 😅

Aku nggak pernah mau percaya apa yang orang katakan tentang koas di sini, aku selalu meyakini bahwa pengalaman orang bisa saja berbeda, sehingga cerita orang (apalagi yang menyedihkan) itu jangan sampai dijadikan patokan yang pada akhirnya membuat kita takut menghadapi sesuatu. But now that I experience it myself... I understand why...

Yang penasaran kenapa, tunggu postingan selanjutnya yaaa! Penulisnya udah gempor nih.

Hahaha, 

Xx💖





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuliah Kedokteran di Luar Negeri (China)

 Kedengarannya keren, kan? Padahal kuliah di luar negeri itu nggak semata-mata keren seperti yang orang-orang mungkin bayangkan. Aku ga pernah nyangka sih, kalau bakal diberi kesempatan untuk bisa merasakan kuliah di luar negeri. Bahkan setelah aku ingat-ingat lagi, sepertinya aku termakan omongan sendiri.  Dulu, saat masih duduk di bangku SMA tahun 2014 pernah ada teman yang ikut student exchange ke luar negeri, dengan santainya aku berkomentar.. "Ke luar negeri itu jalan-jalan aja, nggak usah sekolah. Pusing" Lalu setahun berikutnya, di tahun 2015 aku berangkat ke China untuk kuliah. Memang takdir suka se-random itu, hati-hati aja sih dengan ucapanmu. Hahaha. Aku mengambil jurusan kedokteran, karena memang itulah impian sejak kecil. Pernah pengen jadi polwan untuk mewujudkan keinginan papaku, tapi sepertinya memang nggak jodoh sama profesi itu. Kuliah di luar negeri pun juga awalnya keinginan papaku. Beliau pernah bilang,  "Kak, coba cari sekolah di luar negeri kalo ad...

Tak Kenal Maka Tak Sayang

Selamat datang di blog sederhana ini teman-teman virtual-ku! 😄 Sebenernya ini agak telat sih bikin blog nya.. seharusnya dari dulu aja aku bikin blog ya, daripada bikin channel youtube yang sampe sekarang hampir gak pernah disentuh. Karena yah.. kalo mau jadi vlogger itu memang harus banget fokus dan konsisten, ditambah memerlukan waktu yang tidak sedikit pula.  Dari dulu tuh aku selalu mencari-cari, sebenernya aku ini bisanya apa, sih? Bakat ku sebenernya apa? Nyanyi pas-pasan, dance atau tari tradisional ga bisa, main musik ga bisa, olah raga juga ga bisa. Pernah mencoba ke dunia per-youtube-an, tapi ternyata juga ga semudah itu. Dari proses rekam video, editing, dll.. ada aja yang bikin ga sreg sama hati nurani. Sampai akhirnya ada suatu saat dimana aku sadar.. "Kan aku hobi baca buku dan nulis, kenapa nggak ditekuni aja?".  Aku itu suka banget nulis. Tentang apapun. Entah itu menulis tentang tips dan trik, berbagi pengetahuan, curhat, sampe nulis fiksi seperti cerpen dan...